Namanya Aldino Mahendra, dipanggil Aldi, mahasiswa kedokteran di salahsatu
universitas swasta di Kota Medan. Aldi tinggal di rumah adik ibunya, yang biasa
dia panggil “bundo”, bersama adek bungsunya, Andini Aggraini. Dini, panggilan
adiknya, merupakan seorang mahasiswi jurusan farmasi di sebuah universitas negeri
di Kota Medan tersebut.
x
Semilir angin menerpa kelopak mata Aldi yang sudah mulai redup. Jadwalnya yang padat hari itu ditambah dengan kondisinya yang berpuasa, bikin fisik Aldi benar-benar terkuras. Jam tangan sudah menunjukkan pukul 5 sore dan Aldi harus ngebut pulang ke rumah karna cuaca terlihat sangat berat dengan awan hitamnya. Aldi membonceng adiknya, Dini, dibelakang. gerimis mulai turun, dan semakin lebat. Aldi akhirnya mengubah haluannya dan singgah di sebuah masjid karna lebatnya rintik-rintik hujan yang turun ditambah kemacetan yang timbul di jalan.
Semilir angin menerpa kelopak mata Aldi yang sudah mulai redup. Jadwalnya yang padat hari itu ditambah dengan kondisinya yang berpuasa, bikin fisik Aldi benar-benar terkuras. Jam tangan sudah menunjukkan pukul 5 sore dan Aldi harus ngebut pulang ke rumah karna cuaca terlihat sangat berat dengan awan hitamnya. Aldi membonceng adiknya, Dini, dibelakang. gerimis mulai turun, dan semakin lebat. Aldi akhirnya mengubah haluannya dan singgah di sebuah masjid karna lebatnya rintik-rintik hujan yang turun ditambah kemacetan yang timbul di jalan.
Hari itu, Aldi dan adiknya, Dini, berbuka di masjid An-Nur bersama
jama’ah masjid lainnya. Dini kaget karna ternyata juga tersedia nasi untuk yang
berbuka di masjid. Aldi dan Dini lalu menghabiskan nasinya dengan lahap.
kemudian sholat magrib berjamaah. Ketika Aldi bersiap untuk pulang, telinganya
tergelitik mendengar pengumuman dari masjid. Ta’mir mengumumkan bahwasanya
mulai malam ini masjid an-nur akan menyediakan fasilitas i’tikaf sekaligus
sahur gratis bagi yang berniat i’tikaf di masjid tersebut. Aldi tertarik karna
seumur-umur belum pernah beri’tikaf. ia pun merembugkan hal ini dengan adiknya.
diluar dugaan, ternyata adiknya sama tertariknya dengan dirinya. Aldi pun
mengirimkan pesan singkat (red: SMS) kepada bundonya untuk meminta izin. izin
cair, niatpun dipanjatkan.
Semangat Aldi menggebu-gebu. apalagi ini adalah i’tikaf Aldi yang
pertama kali dalam hidupnya. Sholat Tarawih 20 raka’at dan witir 3 raka’at pun
ia lewati dengan mata melek, tanpa terasa hambatan. Setelah sholat tarawih,
masih ada setengah jam istirahat sebelum kegiatan berikutnya. Aldi bukanlah
orang yang pandai bergaul sehingga dia pun kebingungan dan gak mungkin juga dia
nemui adiknya yang berada di shaf akhwat.. Aldi pun berdo’a kepada Allah SWT
agar bertemu dengan orang-orang yang dia kenal. Ketika Aldi sedang melewati
lorong masjid, terlihat seorang anak muda yang melempar senyum kepadanya. Aldi
heran tapi dia merasa pernah bertemu dengan anak muda itu. Lantas Aldi pun
menyapa dan memberi salam kepada pemuda tersebut. Ketika itulah Aldi sadar
bahwa anak muda itu adalah Benni Abdullah, mereka pernah bertemu di suatu liqo
tapi hanya sekali. mereka pun berbincang-bincang hingga ceramah agama dimulai. Aldi
dan Benni mulai ambil posisi masing-masing. Aldi mengambil shaf yang dekat
dengan tiang. Aldi begitu semangat mendengarkan ceramah yang ustadz sampaikan.
Tapi itu baru muqaddimahnya saja. Baru saja ketika ustad akan masuk ke inti
ceramah, kepala Aldi mulai terasa berat. Ia mulai ngantuk dan semakin berat.
Usaha Aldi melawan kantuknya memang harus dianjungi jempol. Ketika semua orang
pasrah untuk tidur ketika mengantuk, Aldi masih saja berusaha untuk bangun.
Namun, angguk-angguk kepalanya malah frekuensinya meningkat drastis. Mungkin
gak ada namanya usaha yang sia-sia, tapi tak ada pula yang masuk ke kepala Aldi. keluar masuknya isi ceramah di telinga Aldi
seirama dengan angguk-anggukannya.
Ustadz menutup ceramahnya dengan salam. Aldi menyesal karna kantuk
yang gak bisa ditahannya sehingga ilmu sang ustad gak masuk ke dalam hatinya.
kegiatan i’tikaf berlanjut dan sekarang tiba saatnya membaca zikir dan doa di
buku panduan i’tikaf. sebelum itu, Aldi penasaran ingin melihat kabar terkini
dari temannya, Benni. Wah ternyata Benni ‘khusyuk’ juga. terlihat kepala Benni
sudah menempel di dinding dengan mata tertutup. tidur. Aldi pengen ketawa lihat
temannya karna diawal tadi dia terlihat begitu khidmat dengan kegiatan ini.
Aldi lalu memperbaiki duduknya dan kembali menyulut semangat
i’tikaf di hatinya. Ia duduk bersila dengan punggung yang diluruskan dan buku
panduan diangkat dikedua tangan dengan jarak 30 sm dari mata. posisi yang
sempurna, bisik Aldi dalam hati. seperempat jam berlalu, Aldi pun melihat ke
belakang. ternyata beberapa jama’ah sudah terkapar. dia bersyukur masih bisa
bertahan. zikir berlanjut tapi otot perlahan terasa pegal, kelopak mata mulai
terasa berat. 20 menit berdzikir, kedua kaki Aldi sudah selorohan diatas
karpet. Aldi melihat ke belakang, korban meningkat drastis. teman disampingnya
juga sudah mulai goyah istiqomahnya. 45 menit berlalu, buku panduan sudah
terletak dilantai, Aldi mulai berpangku pada kedua tangan dibelakang. bacaan
sudah gak karuan. kepala yang gak gatalpun digaruk. Benni juga terlihat tidak
bisa ‘diselamatkan’ lagi. dalam hati Aldi berteriak tidak boleh kalah. 1 jam
berjalan, kini tangan sudah menopang kepala, 80% tubuh sudah menyatu dengan
sajadah. kelopak mata mulai buka-tutup memperlihatkan perlawanan yang tiada
berarti. Aldi menyerah membiarkan tubuhnya beristirahat diatas sajadah bersama
jama’ah lain meninggalkan beberapa orang masih yang asyik ‘bercumbu’ dengan
Rabb-nya.
Kelopak mata Aldi terbuka perlahan, terdengar suara Benni yang
mengusik alam bawah sadarnya. ketika melihat jam tangannya, ternyata sudah
menunjukkan jam 3 pagi. Aldi sontak beristighfar karna ketiduran dan gak sempat
menyelesaikan dzikirnya. Aldi lalu bangkit mengambil wudhu’ seperti yang
diperintahkan oleh si ta’mir masjid. Sholat tahajud mulai digelar. Aldi memulai
sholat dengan masih menyisakan ‘bumbu’ tidurnya. ada 8 rakaat dan sekarang baru
selesai rakaat kedua. Aldi merasa gak tahan dan perutnya mulai lapar. Goyah sudah imannya. Dia mulai
mengeluhkan imam yang sering membaca ayat-ayat panjang, arrahman lagi. kini ia
merasa anggota tubuhnya bergerak sendiri mengikuti suara imam. tiada
kekhusyukan lagi dalam sholatnya. setengah jam berlalu akhirnya sholat tahajud
selesai. disaat itu pula, kantuk Aldi sirna tiba-tiba. Aldi tersadar bahwa tadi
selama sholat di sudah berpikir yang tidak baik. kemudian Aldi pun beristighfar,
meminta ampun kepada Allah dan berdo’a agar ibadahnya di ridhoi oleh Allah SWT.
Setelah bertahajud, Jama’ah mengambil posisi untuk makan sahur yang bersisa
satu jam hingga adzah shubuh berkumandang.
Di sebuah jalan, terlihatlah abang-adik yang berkendara dengan
riang. Si Abang sedikit ketawa mendengar cerita adiknya yang hampir terjatuh
saat sholat tahajud. adiknya bertanya,“apakah i’tikaf kita akan sia-sia karna
gak khusyuk, bang?”. “Insyaallah tidak ada yang sia-sia, Allah tahu akan niat
hamba-hambanya. Setidaknya kita sudah berusaha. Namanya juga mendadak toh.”
Jawab si Abang singkat.
Aldi dan Dini baru pulang ketika matahari sudah terbit. Udara pagi
itu sungguh sejuk untuk dinikmati. Siapa yang sadar kalau ternyata malam tadi
adalah malam yang dijanjikan?!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar