Kamis, 16 November 2017

I'tikah Aldi

Namanya Aldino Mahendra, dipanggil Aldi, mahasiswa kedokteran di salahsatu universitas swasta di Kota Medan. Aldi tinggal di rumah adik ibunya, yang biasa dia panggil “bundo”, bersama adek bungsunya, Andini Aggraini. Dini, panggilan adiknya, merupakan seorang mahasiswi jurusan farmasi di sebuah universitas negeri di Kota Medan tersebut.
x
Semilir angin menerpa kelopak mata Aldi yang sudah mulai redup. Jadwalnya yang  padat hari itu ditambah dengan kondisinya yang berpuasa, bikin fisik Aldi benar-benar terkuras. Jam tangan sudah menunjukkan pukul 5 sore dan Aldi harus ngebut pulang ke rumah karna cuaca terlihat sangat berat dengan awan hitamnya. Aldi membonceng adiknya, Dini, dibelakang. gerimis mulai turun, dan semakin lebat. Aldi akhirnya mengubah haluannya dan singgah di sebuah masjid karna lebatnya rintik-rintik hujan yang turun ditambah kemacetan yang timbul di jalan.
Hari itu, Aldi dan adiknya, Dini, berbuka di masjid An-Nur bersama jama’ah masjid lainnya. Dini kaget karna ternyata juga tersedia nasi untuk yang berbuka di masjid. Aldi dan Dini lalu menghabiskan nasinya dengan lahap. kemudian sholat magrib berjamaah. Ketika Aldi bersiap untuk pulang, telinganya tergelitik mendengar pengumuman dari masjid. Ta’mir mengumumkan bahwasanya mulai malam ini masjid an-nur akan menyediakan fasilitas i’tikaf sekaligus sahur gratis bagi yang berniat i’tikaf di masjid tersebut. Aldi tertarik karna seumur-umur belum pernah beri’tikaf. ia pun merembugkan hal ini dengan adiknya. diluar dugaan, ternyata adiknya sama tertariknya dengan dirinya. Aldi pun mengirimkan pesan singkat (red: SMS) kepada bundonya untuk meminta izin. izin cair, niatpun dipanjatkan.
Semangat Aldi menggebu-gebu. apalagi ini adalah i’tikaf Aldi yang pertama kali dalam hidupnya. Sholat Tarawih 20 raka’at dan witir 3 raka’at pun ia lewati dengan mata melek, tanpa terasa hambatan. Setelah sholat tarawih, masih ada setengah jam istirahat sebelum kegiatan berikutnya. Aldi bukanlah orang yang pandai bergaul sehingga dia pun kebingungan dan gak mungkin juga dia nemui adiknya yang berada di shaf akhwat.. Aldi pun berdo’a kepada Allah SWT agar bertemu dengan orang-orang yang dia kenal. Ketika Aldi sedang melewati lorong masjid, terlihat seorang anak muda yang melempar senyum kepadanya. Aldi heran tapi dia merasa pernah bertemu dengan anak muda itu. Lantas Aldi pun menyapa dan memberi salam kepada pemuda tersebut. Ketika itulah Aldi sadar bahwa anak muda itu adalah Benni Abdullah, mereka pernah bertemu di suatu liqo tapi hanya sekali. mereka pun berbincang-bincang hingga ceramah agama dimulai. Aldi dan Benni mulai ambil posisi masing-masing. Aldi mengambil shaf yang dekat dengan tiang. Aldi begitu semangat mendengarkan ceramah yang ustadz sampaikan. Tapi itu baru muqaddimahnya saja. Baru saja ketika ustad akan masuk ke inti ceramah, kepala Aldi mulai terasa berat. Ia mulai ngantuk dan semakin berat. Usaha Aldi melawan kantuknya memang harus dianjungi jempol. Ketika semua orang pasrah untuk tidur ketika mengantuk, Aldi masih saja berusaha untuk bangun. Namun, angguk-angguk kepalanya malah frekuensinya meningkat drastis. Mungkin gak ada namanya usaha yang sia-sia, tapi tak ada pula yang masuk ke kepala Aldi.  keluar masuknya isi ceramah di telinga Aldi seirama dengan angguk-anggukannya.
Ustadz menutup ceramahnya dengan salam. Aldi menyesal karna kantuk yang gak bisa ditahannya sehingga ilmu sang ustad gak masuk ke dalam hatinya. kegiatan i’tikaf berlanjut dan sekarang tiba saatnya membaca zikir dan doa di buku panduan i’tikaf. sebelum itu, Aldi penasaran ingin melihat kabar terkini dari temannya, Benni. Wah ternyata Benni ‘khusyuk’ juga. terlihat kepala Benni sudah menempel di dinding dengan mata tertutup. tidur. Aldi pengen ketawa lihat temannya karna diawal tadi dia terlihat begitu khidmat dengan kegiatan ini.
Aldi lalu memperbaiki duduknya dan kembali menyulut semangat i’tikaf di hatinya. Ia duduk bersila dengan punggung yang diluruskan dan buku panduan diangkat dikedua tangan dengan jarak 30 sm dari mata. posisi yang sempurna, bisik Aldi dalam hati. seperempat jam berlalu, Aldi pun melihat ke belakang. ternyata beberapa jama’ah sudah terkapar. dia bersyukur masih bisa bertahan. zikir berlanjut tapi otot perlahan terasa pegal, kelopak mata mulai terasa berat. 20 menit berdzikir, kedua kaki Aldi sudah selorohan diatas karpet. Aldi melihat ke belakang, korban meningkat drastis. teman disampingnya juga sudah mulai goyah istiqomahnya. 45 menit berlalu, buku panduan sudah terletak dilantai, Aldi mulai berpangku pada kedua tangan dibelakang. bacaan sudah gak karuan. kepala yang gak gatalpun digaruk. Benni juga terlihat tidak bisa ‘diselamatkan’ lagi. dalam hati Aldi berteriak tidak boleh kalah. 1 jam berjalan, kini tangan sudah menopang kepala, 80% tubuh sudah menyatu dengan sajadah. kelopak mata mulai buka-tutup memperlihatkan perlawanan yang tiada berarti. Aldi menyerah membiarkan tubuhnya beristirahat diatas sajadah bersama jama’ah lain meninggalkan beberapa orang masih yang asyik ‘bercumbu’ dengan Rabb-nya.
Kelopak mata Aldi terbuka perlahan, terdengar suara Benni yang mengusik alam bawah sadarnya. ketika melihat jam tangannya, ternyata sudah menunjukkan jam 3 pagi. Aldi sontak beristighfar karna ketiduran dan gak sempat menyelesaikan dzikirnya. Aldi lalu bangkit mengambil wudhu’ seperti yang diperintahkan oleh si ta’mir masjid. Sholat tahajud mulai digelar. Aldi memulai sholat dengan masih menyisakan ‘bumbu’ tidurnya. ada 8 rakaat dan sekarang baru selesai rakaat kedua. Aldi merasa gak tahan dan perutnya  mulai lapar. Goyah sudah imannya. Dia mulai mengeluhkan imam yang sering membaca ayat-ayat panjang, arrahman lagi. kini ia merasa anggota tubuhnya bergerak sendiri mengikuti suara imam. tiada kekhusyukan lagi dalam sholatnya. setengah jam berlalu akhirnya sholat tahajud selesai. disaat itu pula, kantuk Aldi sirna tiba-tiba. Aldi tersadar bahwa tadi selama sholat di sudah berpikir yang tidak baik. kemudian Aldi pun beristighfar, meminta ampun kepada Allah dan berdo’a agar ibadahnya di ridhoi oleh Allah SWT. Setelah bertahajud, Jama’ah mengambil posisi untuk makan sahur yang bersisa satu jam hingga adzah shubuh berkumandang.
Di sebuah jalan, terlihatlah abang-adik yang berkendara dengan riang. Si Abang sedikit ketawa mendengar cerita adiknya yang hampir terjatuh saat sholat tahajud. adiknya bertanya,“apakah i’tikaf kita akan sia-sia karna gak khusyuk, bang?”. “Insyaallah tidak ada yang sia-sia, Allah tahu akan niat hamba-hambanya. Setidaknya kita sudah berusaha. Namanya juga mendadak toh.” Jawab si Abang singkat.

Aldi dan Dini baru pulang ketika matahari sudah terbit. Udara pagi itu sungguh sejuk untuk dinikmati. Siapa yang sadar kalau ternyata malam tadi adalah malam yang dijanjikan?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar